Jumat, 14 Maret 2014

Makalah Perkembangan Peserta Didik (Kelompok II)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan ini berkaitan dengan keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih, 1990: 31) menyatakan bahwa perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak.
Masa remaja adalah masa transisi diri periode anak ke dewasa. Apabila kita perhatikan dan kita ikuti pertumbuhan anak sejak lahir sampai besar, akan didapatilah bahwa anak itu tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur. Demikian pula halnya dengan pertumbuhan identitas/konsep diri juga berkembang seiring dengan bertambahnya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya baik dari pendidikan keluarga, sekolah,maupun dari masyarakat dimana ia tinggal (lingkungan).

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan ?
2. Apa saja tugas-tugas dalam perkembangan remaja?
3. Bagaimana hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan?
4. Bagaimana karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
5. Apa saja jenis-jenis kebutuhan dan bagaimana pemenuhannya?
6. Bagaimana dengan kebutuhan remaja, masalah dan konsekuensinya?


1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Memahami pengertian pertumbuhan dan perkembangan
2. Mengetahui tugas-tugas perkembangan
3. Mengenal hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan
4. Menjelaskan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
5. Menjelaskan jenis-jenis kebutuhan dan pemenuhannya
6. Menjelaskan mengenai kebutuhan remaja, masalah dan konsekuensinya

1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan dengan teknik studi kepustakaan atau literatur, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada kaitannya masalah yang di bahas di dalam makalah ini.


BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga dapat diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikam sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
Dalam pertumbuhannya, setiap bagian tubuh itu mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, tetapi mengalami percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya pertumbuhan susunan saraf pusat berlangsung paling cepat pada masa kanak-kanak kemudian menjadi lambat pada akhir masa kanak-kanak, dan relative berhenti pada masa pubertas. Perbedaan kecepatan tumbuh masing-masing bagian tubuh mengakibatkan adanya perbedaan dalam keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbulkan perbedaan dalam fungsinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme ada bermacam-macam, yaitu:
Pertama, faktor-faktor yang terjadi sebelum lahir. Kedua, faktor ketika lahir atau saat kelahiran. Ketiga, faktor yang dialami bayi sesudah lahir. Keempat, faktor psikologis. Jadi, istilah pertumbuhan dimaksudkan pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut: “Perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap.” Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak; bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Menurut Nagel (1957), perkembangan merupakan pengertian di mana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut Schneirla (1957), perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua factor yakni kematangan dan pengalaman.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan, yakni:
1) Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2) Filogenetik, yakni perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini juga terjadi sejak permulaan adanya manusia. Jadi perkembangan ortogenetik mengarah ke suatu tujuan khusus sejalan dengan perkembangan evolusi yang mengarah kepada kesempurnaan manusia.
Bijou dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan psikologis adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan. Rumusan lain tentang arti perkembangan dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih, 1990: 31), yaitu bahwa: “ Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan.” Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar (Monks, 1984: 2).
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori utama, yaitu:
1. Perubahan dalam Ukuran
Perubahan dapat berbentuk pertambahan ukuran panjang atau tinggi maupun berat badan. Panjangnya bayi yang semula 50 cm ketika dilahirkan menjadi 60 cm pada umur 1 tahun diikuti oleh organ-organ tubuh lain yang mengalami perubahan ukuran, antara lain volume otak yang membawa akibat terjadinya perubahan kemampuan. Kemampuan mengenal objek-objek dilingkungannya bertambah sedikit demi sedikit. Semua perubahan tersebut menunjukkan adanya perbedaan kuantitatif yang bisa diukur.
2. Perubahan dalam Perbandingan
Dilihat dari sudut fisik menjadi perubahan proporsional antara kepala, angota badan, dan anggota gerak. Misalnya perbandingan antara besarnya kepala dengan anggota badan, semakin bertambah umur semakin bertambah besar. Sampai pada umur tertentu perbandingan akan menetap, yakni pada usia akhir belasan tahun.
3. Berubah untuk Mengganti Hal-Hal yang Lama
Pada bayi terdapat kelenjar buntu yang disebut kelenjar thymus pada daerah dada yang sedikit demi sedikit mengalami atrophy (penyusutan) dan menghilang setelah dewasa. Pada bayi juga terdapat rambut-rambut bayi yang lama-kelamaan akan menghilang.
4. Berubah untuk Memperoleh Hal-Hal yang Baru
Banyak hal yang baru diperoleh selama perkembangan sesuai dengan keadaan dan tingkatan/tahapan perkembangannya. Ketika dilahirkan, bayi belum mempunyai gigi dan beberapa waktu kemudia (kalau sudah sampai waktunya atau umurnya) gigi tersebut akan tumbuh. Dengan demikian, bayi memperoleh atau menambah sesuatu yang baru yang sebelumnya belum ada atau belum dimiliki. Selama perkembangannya manusia masih tetap menerima dan memperoleh hal-hal yang baru, terutama yang berhubungan dengan kehidupan psikis.

B. Tugas – Tugas Perkembangan
Havighurst ( Garrison, 1956: 14-15 ) mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja yaitu :
1. Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang;
2. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi ;
3. Menerima keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif;
4. Mencapai kebebasan ekonomi
5. Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan;
6. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga;
7. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang kompeten;
8. Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial;
9. Menggapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku; dan
10. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

C. Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki.
2. Hukum Proximodistal
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.
3. Perkembangan Terjadi dari Umum Ke Khusus
Pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkat ke hal-hal yang khusus. Terjadi proses diferensiasi seperti dikemukakan oleh Werner.
4. Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan Perkembangan
Dalam Perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan. Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkambangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa perkembangan dengan ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan yang lain.
Contoh penahapan dalam perkembangan manusia itu antara lain meliputi: masa pra-lahir, masa jabang bayi (0 – 2 miinggu), masa bayi (2 minggu – 1 tahun), masa anak pra-sekolah (1 – 5 tahun), masa sekolah (6 – 12 tahun), masa remaja (13 – 21 tahun), masa dewasa (21 – 65 tahun), dan masa tua (65 tahun ke atas).
5. Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan
Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus-menerus dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta bisa berlaku umum. Justru perbedaan-perbedaan waktu, yaitu cepat-lambatnya sesuatu penahapan perkembangan terjadi, atau sesuatu masa perkembangan dijalani, menampilkan adanya perbedaan-perbedaan individu.
Dalam praktek sering terlihat dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruhan perkembangan mental, yakni :
a) Jika perkembangan kemampuan fisiknya untuk berjalan jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus pada fungsionalitas fisiknya yang terganggu.
b) Jika perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada masa perkembangan yang sama.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi. Pada saat itu terlihat adanya selingan di antara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap/konstan sifatnya. Inilah yang disebut irama perkembangan. Setiap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, akan tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak.
D. Remaja : Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangannya
Dalam bahasa Indonesia sering pula dikatakan pubertas atau remaja.Untuk memahami remaja menurut berbagai sudut pandangan,antara lain menurut hukum,perkembangan fisik,WHO,sosial psikologi,dan pengertian remaja menurut pandangan masyarakat Indonesia.
1. Remaja Menurut Hukum
Dalam hubungan dengan hukum,tampaknya hanya undang-undang perkawinan saja yang mengenal konsep “remaja”,walaupun tidak secara terbuka.Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undang-undang disebutkan 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria ( Pasal 7 Undang-Undang No.1/1974 tentang perkawinan).

2. Remaja Ditinjau dari Sudut Perkembangan Fisik
Sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna.Remaja yang berarti tumbuh ke arah kematangan baik secara fisik maupun kematangan sosial psikologis.

3. Batasan Remaja Menurut WHO
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri(Muangman,yang dikutip oleh Sarlito,1991:9).
4. Remaja Ditinjau dari Faktor Sosial Psikologis
Salah satu ciri remaja di samping tanda-tanda seksualnya adalah perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi “entropy” ke kondisi “negen-tropy” ( Sarlito,1991:11).
Entropy adalah keadaan di mana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi.Selama masa remaja,kondisi entropy ini secara bertahap disusun,diarahkan,distrukturkan kembali,sehingga lambat laun terjadi  kondisi “negative entropy” atau negentropy.Negentropy adalah keadaan di mana isi kesadaran tersusun dengan baik/pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap.

5. Definisi Remaja untuk Masyarakat Indonesia
Menurut Sarlito(1991),tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional.Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku,adat dan tingkatan sosial-ekonomi,maupun pendidikan.
Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah.
Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.Tubuhnya kelihatan sudah “dewasa”,akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya.Pada remaja sering terlihat adanya :

1) Kegelisahan
2) Pertentangan
3) Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya
4) Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas
5) Mengkhayal dan berfantasi
6) Aktivitas berkelompok


E. Jenis-Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya
Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekomplekkan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk psiko-fisik manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Dan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu (kebutuhan pribadi) dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif) yang merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. (Sumadi,1971:70;Lefton,1982:137). Lefton (1982) menyatakan bahwa kebutuhan dapat muncul karena keadaan psikologis yang mengalami goncangan atau ketidakseimbangan.
Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli. Contohnya: makan, minum, bernapas, dan kehangatan tubuh. Sedangkan kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari, seperti untuk mengejar pengetahuan, kebutuhan untuk mengikuti pola hidup bermasyarakat, kebutuhan akan hiburan, alat transportasi, dan semacamnya.
Klasifikasi kebutuhan menadi kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder sering digunakan. Oleh karena itu, Cole dan Bruce (1959) (Oxendine,1984:227) membedakan kebutuhan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Pengelompokkan ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Murray (1938) (Oxendine, 1984: 227) yang diajukan dengan istilah yang berbeda, yaitu kebutuhan viscerogenic dan kebutuhan psychogenic. Beberapa contoh kebutuhan fisiologis adalah makan, minum, istirahat, seksual, perlindungan diri. Sedangkan kelompok kebutuhan psikologis, seperti yang dikemukakan maslow (1943) mencakup
(i) Kebutuhan untuk memiliki sesuatu,
(ii) Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang,
(iii) Kebutuhan akan keyakinan diri, dan
(iv) Kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut teori Freud, struktur kepribadian seseorang beunsurkan tiga komponen utama,yaitu id, ego, dan superego. Ketiganya merupakan faktor-faktor penting yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku manusia serta struktur pribadi. Teori psikoanalisis Freud mengemukakan asumsi bahwa dorongan utama yang hakikatnya berada pada id, yang dikenal sebagai insting pribadi dan merupakan dorongan asli yang dibawa sejak lahir. Id merupakan sumber kekuatan insting pribadi yang bekerja atas dasar prinsip kenikmatan yang pada proses berikutnya akan memunculkan kebutuhan dan keinginan. Ego adalah komponen kepribadian yang praktis dan rasional; berdasarkan egonya manusia mencari kepuasan atau kenikmatan berdasarkan kenyataan. Dengan demikian, tugas ego adalah menyelaraskan (menyeimbangkan) pertentangan yang terjadi antara id dan tuntutan sosial.  Superego merupakan bagian dari konsep diri, yag didalamnya terkandung kata hati yang bekerja sesuai dengan sistem moral dan ideal.
Erik Ericson (dalam Buss, 1978:392-393) dalam menyelesaikan pertentangan antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial dengan menggunakan pendekatan yang lebih bersifat sosial dan beorientasi kepada ego. Dalam hal ini lebih melihat kepentingan sosial.
Carl Rogers (1902) (dalam Buss, 1978:395) juga mengemukakan pendekatan tentang perkembangan pribadi individu. Dinyatakan bahwa seorang individu. Dinyatakan bahwa seseorang individu pada hakikatnya mencoba mengekspresikan kemampuan, potensi, dan bakatnya untuk mencapai tingkat perkmbanganpribadi yang sempurna atau mapan. Rogers menyatakan dalam teorinya bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi diri.

1. Mengapa Manusia Berprilaku?
Manusia berperilaku digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan organismik (internal) dan pendekatan lingkungan (eksternal). Motif dan/atau motivasi merupakan faktor pendorong manusia bertingkah laku. Hal ini tidak berarti bahwa kita mengesampingkan faktor lingkungan, tetapi seperti kita ketahui bahwa motivasi dan lingkungan pada dasarnya berinteraksi.
Beberapa psikolog, sepeti Carl Rogers (1951), Artthus W.Combs dan Snygg (1959) meyakini bahwa motif dasar manusia adalah “need for adequacy. Kebutuhan akan keyakinan diri diekspresikan melalui dua bentuk perilaku, yaitu kebutuhan mempertahankan diri dan mengembangkan diri.
Kebutuhan psikologis muncul dalam kehidupan menusia, seperti emosional, yaitu senang, puas, susah, lega, kecewa, dan semacamnya. Berhubungan manusia hidup bersama-sama di dalam masyarakat, untuk itu manusia belajar memahami norma-norma atau sifat normatif, yaitu kebutuhan yang ditentukan dan sesuai dengan harapan –harapan pihak lain dan yang diterima oleh dirinya, sekarang maupun yang akan datang.

2. Kebutuhan Dasar Manusia
Pada bayi atau pada kehidupan manusia kecil, perilakunya di dominasi oleh kebutuhan-kebutuhan biologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri. Kebutuhan ini disebut deficiency need artinya kebutuhan untuk pertumbuhan dan diperlukan untuk tetap hidup. Kemudian muncul kebutuhan untuk mengembangkan diri . berkembangnya kebutuhan ini terjadi karena pengaruh faktor lingkungan dan faktor belajar, seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan harga diri, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan untuk berhasil dan munculnya kebutuhan untuk bersaing dengan yang lain. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri ditandai oleh berkembangnya kemampuan mengekspresikan diri yaitu menyatakan potensi yang dimilikinya menjadi lebih efektif dan kompeten. Kebutuhan ini pada dasarnya merupakan perkembangan dari kebutuhan-kebutuhan tingkat sebelumnya dan kebutuhan ini merupakan tingkat tinggi, karena didalamnya termsuk kebutuhan untuk berprestasi.
Keempat macam kebutuhan tersebut bersifat hierarki. Hierarki kebutuhan di atas sejalan dengan teori kebutuhan yang dikemukakan Maslow (Lefton,1982: 171), yaitu:
a) Kebutuhan jasmaniah (fisiologis)
b) Kebutuhan keamanan
c) Kebutuhan cinta kasih
d) Kebutuhan penghargaan
e) Kebutuhan kognitif
f) Kebutuhan aktualisasi diri
Menurut Lewis dan Lewis (1993) kegiatan remaja atau manusia itu di dorong oleh berbagai kebutuhan, yaitu:
a) Kebutuhan jasmaniah,
b) Kebutuhan psikologis,
c) Kebutuhan ekonomi,
d) Kebutuhan sosial,
e) Kebutuhan politik,
f) Kebutuhan penghargaan, dan
g) Kebutuhan aktualisasi diri.

F. Kebutuhan Remaja, Masalah, dan Konsekuensinya
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hall memandang bahwa masa remaja ini sebagai masa”storm and stress”. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (identitasnya)—kebutuhan aktualisasi. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya. Beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok kebutuhan, yaitu:
a) kebutuhan organik, yaitu makan, minum, bernapas, seks;
b) kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain, dikenal dengan n’Aff;
c) kebutuhan berprestasi atau need of achievement (yang dikenal dengan n’Ach), yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisis; dan
d) kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.

Pertumbuhan fisik dan perkembangan sosial-psikologis di masa remaja pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan, proses pertumbuhan, dan perkembangan dari proses sebelumnya. Seperti halnya pertumbuhan fisik yang ditandai dengan  munculnya tanda-tanda kelamin sekundermerupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju tingkat kematangan fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebutuhan fisik dan kebutuhan sosial psikologis yang lebih menonjol.
Di samping itu remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya, menurut Maslow kebutuhan ini disebut kebutuhan penghargaan. Remaja membutuhkan penghargaan dan pengakuan bahwa ia mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakan. Faktor nonfisik, secara integratif tergabung dalam faktor sosial-psikologis dijiwai oleh tiga potensi dasar yaitu pikir, rasa, dan kehendak.
Dalam kehidupan dunia modern, manusia tidak saja hanya berpikir tentang kebutuhan pokok, mereka lebih maju. Pemikirannya telah bercakrawala luas. Kini kita dapat mengamati lingkungan, bahwa perilaku kehidupan manusia telah begitu kompleks. Perubahan ini karena adanya faktor yang mendorong dan mempengaruhinya. Dalam menghadapi masalah perkembangan sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi merupakan kebutuhan sosial ang membimbingnya untuk berhasil menjadi orang yang berprestasi.
Masalah dan Konsekuensinya
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhanya diuraikan sebagai berikut:
1. Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang di lain pihak harapan ditumpukan pada remaja muda untuk dapat meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Kegagalan dalam mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih lanjut dapat menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya bersikap tidak percaya diri, pendiam atau kurang harga diri.
2. Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi. Ketidakserasian proporsi tubuh ini sering menimbulkan kejengkelan, karena mereka sulit untuk mendapatkan pakaian yang pantas, juga hal itu tampak pada gerakan atau perilaku yang kelihatannya wagu dan tidak pantas.
3. Perkembangan fungsi seks pada masa ini menimbulkan kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menentang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. Bagi remaja laki-laki dpat menyebabkan berperilaku yang “menentang norma” dan bagi remaja perempuan akan berperilaku “mengurung diri” atau menjauhi pergaulan dengan sebaya lain jenis. Apabila kematangan seksual tidak mendapatkan arahan yang tepat dapat berakibat negatif. Konsekuensi yang diderita sering berbentuk pelarian yang bertentangan dengan norma susila dan sosial.
4. Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja terlalu mendambakan kemandirian, dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional. Kehidupan bermasyarakat banyak menuntut remaja untuk banyak menyesuaikan diri, namun yang terjadi tidak semuanya selaras. Dalam hal terjadi ketidakselarasan antara pola hidup masyarakat dan perilaku yang menurut para remaja baik, hal ini dapat berakibat kejengkelan. Remaja merasa selalu disalahkan dan akibatnya mereka frustasi dengan tingkah lakunya sendiri.
5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial sangat sulit dihadapi oleh remaja. Bukan saja harus menghadapi satu arah kehidupan, yaitu keragaman norma dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, tetapi juga norma baru dalam kehidupan sebaya remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya.
6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja; sedang di pihak remaja merasa memiliki nilai dan norma kehidpannya yang dirasa lebih sesuai. Dalam hal ini para remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Menghadapi perbedaan norma ini merupakan kesulitan tersendiri bagi kehidupan remaja. Seringkali perbedaan norma yang berlaku dan norma yang dianutnya menimbulkan perilaku yang menyebabkan dirinya dikatakan “nakal”.

Usaha-Usaha Pemenuhan Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus dipenuhi untuk mempertahankan kehidupan. Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa di masa perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan fisik berpengaruh terhadap pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial individu.
Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha pemenuhannya harus mendapat perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Orang tua harus cukup tanggap dan waspada serta secara dini menjelaskan dan memberikan pengertian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama wanita) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas.
Pendidikan seksual di sekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapat perhatian. Program bimbingan keluarga dan bimbingan perkawinan dapat dilakukan secara periodik oleh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita pada umumnya. Atau di Sekolah perlu mendatangkan ahli atau dokter untuk memberikan penjelasan tentang masalah-masalah remaja, terutama masalah seksual.
Untuk mengembangkan kemampuan hidup bermasyarakat dan mengenalkan berbagai norma sosial, amat penting dikembangkan kelompok-kelompok remaja untuk berbagai urusan misalnya kelompok belajar dll. Sekolah menyelenggarakan acara-acara tertentu seperti malam pertemuan, ada baiknya anak-anak ditugasi untuk ikut mengurus sebagai panitia penyelenggara.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran


DAFTAR PUSTAKA
Pengarang: Prof. Dr. H Sunarto dan Dra. Ny. B. Agung Hartono
Judul: Perkembangan Peserta Didik
PT. RINEKA CIPTA, Jakarta 2013
Sunarto , & Ny. B. Agung Hartono. Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar